Pasal empat.
Pada menyatakan bahasa tatkala berkata kata yang dibahasakan dan menyatakan segala nobat yang patut dipernobatkan kerana nobat itu satu perkara kebesaran Raja dibawah angin ini dan menyatakan jawatan.
Bermula maka
adapun bahasa yang diperbahasakan kepada Yang DiPertuan Besar itu maka bahasa
itu juga diperbahasakan kepada Yang DiPertuan Muda yaitu seperti perkataan Titah
dan Tuanku yakni berTuanku kepadanya dan kepada Bendahara dan Temenggung
dikatakan Sabda.
Adapun bahasa
yang diperbahasakan antara Yang DiPertuan Besar dengan Yang DiPertuan Muda itu
maka adalah seperti perbahasaan antara tua dengan muda seperti Ayahanda
dan Anakanda dan Kekanda dan Adinda. Maka Temenggung dan
Bendahara dia membahasakan dirinya sendiri tatkala ia menghormatkan Raja maka
dikatakannya Patik Hamba Sedia. Ada pun Yang DiPertuan Muda ia membahasakan dirinya
sendiri Patik Hamba Setia. Maka bahasa inilah jikalau orang bodoh
menerimanya dipikirkannya lah Raja yang bertiga itu seperti hamba betul kepada
Yang DiPertuan Besar maka disangkakannyalah oleh si bodoh itu Yang DiPertuan
Besar boleh membuat apa suka atas Raja yang bertiga itu yang menyalahi adat
istiadat maka yaitu pekerjaan batal sekali adanya.
Bermula maka
adalah asalnya nobat itu keluar daripada Raja Melaka dan Raja Minangkabau yang
bernama Pagar Ruyung dan Raja di Goa yaitu Raja Bugis yang asal sekali maka
kemudian Raja Melaka itu memberi kuasa kepada Raja di Perak dan Raja di Kedah
dan Raja di Inderagiri tetapi nobat yang di Inderagiri itu tiada bernafiri
adanya, kemudian tatkala masa sudah bersetia dengan Raja Muda Yang DiPertuan
Riau maka jadi dualah nobat dalam Riau kepada ketika itu yaitu kepada Yang
DiPertuan Besar nobat Melayu dan kepada Yang DiPertuan Muda nobat cara Bugis.
Bermula maka
jawatan semberap sama juga Yang DiPertuan Muda dengan Yang DiPertuan Besar melainkan
payong dan bedil dan kain dukung iaitu bersalahan kerana Yang DiPertuan Besar itu
bedil dan kain dukungnya serba enam belas tetapi Yang DiPertuan Muda bedilnya sebelas
dan kain dukungnya delapan. Adapun Bendahara bedilnya Sembilan dan Temenggung tujuh
yang di adatkan dan jika dimufakatkan serta dikurniakan terkadang lebih jua adanya.